[3] Adorable Love

Standar

Title || Adorable Love

Author || RahayK

Lead Cast || Park Chan Yeol x Ryu Nata x Park Na Hae x Han Dae Rin

Length || Chapter

Genre || AU x Romance x Psychology x Family

Rate FF || PG 15 -17

Disclaimer || Seluruh bagian dalam fiksi ini adalah milik penulis. Jika ada kesamaan dalam garis cerita, kejadian dan setting itu hanyalah kebetulan dan bukan bentuk PLAGIAT. Jika ada yang menemukan fiksi ini bukan di blog yang aku cantumkan dibawah tolong segera lapor ke penulis! Seluruh fiksi ini dilindungi oleh Hak Cipta @1005iyu.Aku mengijinkan baca tapi tidak untuk di co-paste apalagi dijadikan dokumen private. Thanks!

Keseluruhan cast hanya sebagai visualisasi, mohon untuk tidak men-judge secara negatif para pemain yang ada di fiksi penulis! Cast milik TUHAN YME, dan Ortu serta agensi masing-masing.

“Menuangkan pikiran dalam tulisan tidak semudah men-judge karya orang!So, jadilah bijak kawan.. makasih!” _RHYK, 2017

 

 

A/N ||Mungkin >> Mengandung Harsh Word’s dan Beberapa hal yang berbau dewasa.

Previous Chapter |TEASER12 -3[now]

||`Adorable Love`||

 

Dua hari sebelum insiden Ki, Agustus

7.40 pm

Nata dan Ki berdiri didepan gerbang besar, disebuah jalan yang menurun. Keduanya saling bertatapan, masing -masing memiliki arti yang berlawanan. Nata begitu takut dan khawatir sementara Ki sedikit khawatir namun ia terlihat lebih yakin.

 

“Ki –sungguh  kau  akan  berkata  hal  yang  sama pada  Ibuku?” tanya gadis itu penuh keraguan. Kepercayaan dirinya nol besar ketika teringat sang ibu. Mungkin, bisa -bisa beliau murka mendengar bahwa putrinya mengandung dengan seseorang  yang benar -benar  ia benci.

Tak ingin melihat Nata lebih khawatir yang akan membuat janinnya terganggu, Ki memutuskan untuk menggenggam tangan gadis itu erat -erat sebelum pada akhirnya ia menekan bel interkom dan seseorang  dari  dalam berbicara.

 

‘Siapa?’ suara Ahjumma Jung terdengar dari dalam rumah.

“Ini aku, Nata.” katanya dengan suara terbata -bata.

Tak ada jawaban lebih lanjut, pintu gerbang segera terbuka secara otomatis. Lagi -lagi Nata hanya memandang Ki penuh cemas.Diam -diam sudut hatinya yang lain menyesal sudah mengutarakan ini pada Ki.

 

“Aku yang akan mengatakan semuanya. Kau hanya perlu diam dan mendengarkan.” kata Ki menenangkan Nata, lantas gadis itu hanya mengangguk dan tersenyum simpul.

 

Krieet. . .

 

Nata mencopot sepatunya dan membawa Ki dibelakangnya. “Nata darimana saja kau –‘ ucapan Nyonya Ryu terhenti begitu ia melihat seorang lain dibelakang Nata yang segera memberi hornat padanya.  “Anyeonghaseo, Eomonim–”

“Ya Tuhan!Nata –untuk apa kau pergi bersama dengan lelaki bajingan itu?”

 

“Eomma —kumohon jangan salah sangka dulu. Aku telah melakukan kesalahan begitu juga dengan Ki. Jadi –”

 

“Maafkan aku –aku —aku mengandung anaknya sekarang.”

 

“M-mwo?!! kau– anak kurang ajar!!–‘

‘–dan kau bajingan –apa kau tak mendengarkanku untuk menjauhkan Nata. Dan sekarang bagaimana bisa kau merusak anakku?!!” nyonya Ryu menarik kerah baju Ki.

 

“Aku –pasti akan membawa Nata kepernikahan, aku mohon restuilah kami –eomonim!!” ujar Ki yakin lantas ia bersimpuh dan berlutut dihadapan Nonya Ryu.

 

“Eomonim?!! –enyahlah kau dari sini.’ hardik nyonya Ryu murka.

‘Ahjumma!! —bawa Nata ke kamarnya!!” lanjutnya lagi.

Dengan cepat, Ahjumma segera datang dan membawa Nata pergi dari hadapan Ki dan juga nyonya Ryu.  ‘Lebih baik anda keatas dulu –Agasshi..’ bisik Ahjumma,namun meski begitu ia terus memberontak, semetara Ki masih bersimpuh dihadapan Nyonya Ryu.

“Ki!! bawa aku.”

 

“Aku tidak ingin melihatmu!Jadi keluar secepatnya kau kriminal!”

Nyonya Ryu menyeret Ki keluar dari kediaman megah keluarga Ryu.

 

|“Adorable Love“|

 

–Chapter 3–

Oktober, Autumn —2 bulan berlalu sejak insiden.

Sebuah ambulance masuk kedalam pelataran parkir dan langsung menuju UGD.

“Pasien ditemukan pingsan saat ia ke kantor polisi.” ujar sang Intern menjelaskan.

“Bagaimana keadaan vitalnya?” tanya sang dokter yang tingkatannya lebih tinggi darinya. Sang Intern kemudian menyerahkan chart diktat yang ia bawa dari tempat kejadian. Lalu ia berujar cepat. Merekapun segera membawa sang pasien menuju ruangannya.

“Semuanya berada dalam batas normal.”

“Bagaimana bisa ia kabur sedangkan ia harus dibawah pengawasan kita? Dimana para residen dan Intern.” ketus sang atasan murka. dokter  bermarga Choi itu hanya menggaruk kepalanya, mencari alasan agar masalahnya tak menjadi besar.

“Mereka sedang dalam waktu istirahat dan sebagian ada dalam operasi dengan dokter  Yoon.”

“Panggil mereka. Dan –untuk saat ini jangan hubungi walinya, aku tidak ingin kejadian seperti terakhir kejadian lagi. Mengerti?!” tegas dokter Ji seraya memukulkan diktat itu kepunggung intern Choi.

“Baiklah. Aku mengerti.” dokter Choi mengangguk dan menundukkan kepalanya. Lalu, mengambil jalan lain agar tak lagi berurusan dengan dokter Ji yang galaknya bukan main.

“Intern Choi Seung Cheol!” panggil dokter Ji lagi, dokter Choi hanya mendesis sebelum ia menoleh.

“Jadwalkan konsultasiku dengan pasien ini besok. Dan, panggil para Intern untuk segera keruanganku.”

Mendengar itu, Seung Cheol kembali menghampiri dokter Ji lagi. “Bukankah besok ada konsultasi dengan Lee Mi Soo?” pertanyaan dokter Choi membuat dokter Ji menahan nafasnya, lantas ia mengambil diktat yang ia pegang dan memukul kepala lelaki itu keras. Cukup keras bahkan Seung Cheol mengerang kesakitan.

“Kubilang batalkan — ya batalkan!”

 

Bahkan sampai membuat si pasien kembali kealam sadarnya. “dokter.. apa yang terjadi?” tanya gadis itu dengan memegang kepalanya yang berdenyut. dokter Ji mengisyaratkan dokter Choi untuk keluar dari ruangan dan meninggalkan mereka.

“Ryu Nata -ssi? –apa kau tahu dimana tempat ini sekarang?” tanya dokter Ji. “Nde, rumah sakit.”

“Lalu, bagaimana tempat terakhir yang kau kunjungi kau ingat?” tanya dokter Ji dan menarik bangku yang ada disisi ranjang Nata.

“Sepertinya —kantor polisi.”

“Lalu dikantor polisi —apa yang mau kau lakukan kesana?”

Awalnya Nata enggan untuk berbicara pada dokter Ji. “Hng –tak apa kalau kau tak ingin membicarakannya denganku. Kita bisa berbagi cerita dilain waktu. Bagaimana?”

Nata hanya tersenyum kecil dan mengangguk. “Nde –tapi –apa dokter bisa merahasiakan ini dari Ibuku?”

dokter Ji mengiyakan lalu keluar dari ruangan. “Istirahatlah.”

|“Adorable Love“|

 

(56 jam setelah Nata dilarikan kerumah sakit)

06.25 am, taman sungai Han.

Yeol memasang handsfree begitu sebuah panggilan masuk keponselnya. Bukannya ia tak bisa mengangkat langsung, tapi karena ia sedang berlari mengitari sungai Han.

Olahraga adalah hal yang paling rutin ia lakukan saat lelaki itu merasa  persentase ‘stress’ nya meningkat tajam. Dan, sepertinya ia stress setiap waktu, jadi,olahraga adalah kegiatan rutinnya.

“Hei, bagaimana kabar Na Hae?” suaranya begitu frontal dan keras tanpa basa -basi lagi bahkan seseorang diseberang itu terdengar gembira saat Yeol menjawab panggilannya, bahkan sebetulnya Yeol saja belum berkata satu katapun sama sekali.

Belum Yeol menjawab ia kembali bersuara lalu berdecak. “Hei -hei tuan, ini sudah dua bulan berlalu satu musim sudah bersilih lagi dan meninggalkan orang sepertiku yang pencinta musim panas. Dan kau —masih berduka?”

Yeol menghentikkan langkah larinya dan mendengus. “Aku olahraga sekarang –olahraga.”

Untung saja, ini hanya percakapan jadi orang itu tak perlu tahu bagaimana ekspresi Yeol saat ini, sangat -sangat jengkel. Ia sedang berpikir sesuatu sejak tiga hari lalu dan ia belum menemukan apa keputusannya dan sekarang orang ini menelpon sudah –hancur –mood –Yeol  hari  ini.

 

“Aah, Lalu –dengan Na Hae?” tanyanya dengan nada yang mengecil, seakan ia tahu bahwa Yeol sedang menahan amarahnya karena perkataannya tadi. “Na Hae bersama neneknya di rumah.Mau bicara apa kau pagi -pagi begini?”

Nada bicara Yeol melunak seketika entah kenapa, satu opsi yang ada karena ia juga baru ingat dengan putrinya itu. Ia pulang saat Na Hae selalu tertidur sehingga ia sama sekali belum berjumpa dengan putrinya hingga pagi ini.

“Ada apa? Nada bicaramu menjadi rendah seketika. Apa gula darahmu turun?”

“Tidak, Chae Won -ah.. hanya saja —‘ Yeol menggantung kalimatnya, ia tak bergeming sejenak begitu melihat pemandangan dua orang tua sedang mengajarkan anaknya berjalan.

“Hanya saja —apa?Yeol –ra.” Chae Won tiba -tiba memanggil Yeol informal, sejujurnya –ia berjanji pada dirinya sendiri untuk memanggil Yeol dengan sebutan ‘kau’ atau ‘Yeol –ssi’ karena ia sudah punya Dae Rin, tapi –tiba -tiba saja panggilan akrab itu terlontar begitu saja dari mulutnya.

Dan, ia menjadi lupa tujuan awal ia menghubungi lelaki ini.

 

“Apa aku terlalu sibuk hingga lupa dengan Na Hae?–maksudku –‘ Yeol menahan ucapannya, ini terasa aneh bagi Yeol, tapi ia benar -benar lupa kalau ia punya seorang putri yang masih butuh kasih sayang seorang Ayah.

 

“Kau tak bertemu dengan Na Hae sejak kau mulai bekerja kemarin? –bahkan sama sekali Na Hae tak ada sedikitpun diotakmu?”

Pertanyaan Chae Won berubah terasa menjadi sangat serius dan itu cukup menohok hati Yeol karena gadis itu memang jarang serius jika berbicara dengan Yeol. Dan, ia hanya dapat menjawab jujur.

 

Banyak hal yang berputar diotaknya mulai seorang yang menulis dengan spidol merah diresto Ahjumma, lalu soal Dae Rin yang baru saja ia lihat kemarin dengan keadaan kritisnya lalu meninggalkannya dengan cepat dan soal wanita –pasien rumah sakit itu.

 

Mungkin itulah yang membuat Na Hae menjadi prioritas belakang pikiran Yeol akhir -akhir ini.

 

“Entahlah –seakan hanya Dae Rin yang aku ingat tanpa ada bayang -bayang Na Hae diotakku.”

 

“Bukan –aku rasa sebetulnya kau tak lupa pada Na Hae, hanya saja ada beberapa hal lain yang mungkin lebih cenderung membuatmu merasa terbebani dan kau berusaha untuk menepis jauh -jauh namun malah semakin tak menghilang. Percayalah –kau adalah Park Chan Yeol dan karena kau adalah kau.’

Chae Won menghentikkan pembicaraannya untuk sejenak. Lalu, ia melajutkan lagi, ia hanya memberi jawaban terbaik agar Yeol tak merasa bersalah.

 

“..kau bukan orang  yang akan melupakan segala sesuatu hal dengan mudah, terkecuali –tentang aku.” lanjut Chae Won diikuti tawanya yang menggelegar diseberang sana. Padahal, Yeol sudah menanggapi dengan amat -sangat serius tentang perkataan Chae beberapa menit lalu, mengapa gadis itu bisa berubah dengan cepat.

 

“Chae Won -ah, apa manusia cenderung seperti itu?”

 

“Apanya?Berubah -ubah?”

 

“Hng? Yah, itu.”

 

“Kurasa iya —dari sudut pandang seorang psikologi anak dan beberapa tentang saraf yang aku pelajari saat Intern –kau tahu bertapa kerennya aku.”

 

“Terserah kau saja.”

 

“Oh ya –soal pasien yang waktu itu membuat insiden kecil denganmu..’

 

Tak ada respon khusus dari Yeol. Yang ia dengar, Yeol pasti kembali melanjutkan lari ketika seseorang seperti dirinya harus menghentikkan aktivitasnya dengan perbincangan yang kadar manfaatnya sedikit.

Chae Won baru ingat soal tujuan awalnya ia menghubungi Yeol setelah meminta beberapa saran perawat dan Intern yang ada ditimnya apa ia harus menelpon Chan Yeol atau tidak soal gadis bermarga Ryu itu.

 

‘..sepertinya ia dipindahkan –kau ingat tidak sih?” nada bicara Chae Won terdengar gregetan dengan Yeol.

 

“Arra..” singkatnya dengan nafas yang berusaha ia atur lagi setelah sempat tercekat entah karena apa beberapa detik lalu.

 

“Nanti kita bicarakan lagi, Yeol –ssi. Aku tutup panggilannya.”

 

Aku mohon –bantu aku temukan mayatnya Ki..’

 

Yeol tampak berpikir sejenak begitu ia ingat bagaimana putus asanya gadis itu memohon padanya. Mungkin, dengan menolongnya gadis itu akan merasa lebih baik dan pelan -pelan mulai menerima kenyataan bahwa kekasihnya sudah meninggal dan perlahan belajar untuk melupakan hal buruk itu walau untuk waktu yang lama sebelum ia kembali menjalani hidup normal seperti  sebelumnya.

 

Dan, alasan Yeol mendapatkan keputusan adalah sederhana.

 

Apa yang Yeol rasakan sama seperti yang gadis itu rasakan.

 

Bagaimana sakitnya ditinggal oleh seseorang yang kita cinta.

 

Secara tiba -tiba

 

dan tanpa pamit.

 

Tanpa Kata.

 

Tanpa suara.

 

Dan, yang terakhir kedua orang itu lihat adalah senyum bahagia mendiang diwaktu terakhir pertemuan mereka.

 

|“Adorable Love“|

 

“Kau sudah pulang, nak?–” sambut sang wanita paruh baya yang dengan telatennya mengurusi seorang bayi mungil yang berada diatas kasur Yeol yang besar.

“Eoh, aku akan kembali ke kantor lagi setelah ini.Bagaimana Na Hae?” tanya Yeol seraya meraih beberapa kaos dan jas informal secara asal. Kemudian, sudut matanya melirik Na Hae yang sedang diurusi oleh ibunya, ia jarang mendengar Na Hae menangis, yang Yeol lihat putri kecilnya itu selalu tampak damai didunia yang bising ini.

“Ia selalu tenang, sama seperti ibunya. Jika Na hae mengikutimu, ia pasti sudah rewel terus dari tadi. Ia mengerti, ayahnya harus bekerja, keuchi Na Hae -ya?”

kata sang nenek seraya memakaikan baju pada Na Hae. Membuat Yeol menyunggingkan sudut bibirnya dan duduk disamping ibunya.

Kata-kata Chae Won tiba-tiba saja mengiang ditelinganya.

“..kau bukan orang  yang akan melupakan segala sesuatu hal dengan mudah, –karena kau adalah kau Park Chan Yeol!”

Yeol mengeluarkan ponselnya, ia kemudian memotret Na Hae. “Lucunya..” ia terkekeh sendiri. “Dan, akhirnya kau menjadikanku seorang pengurus bayi dari pada seorang nenek.” cibir sang ibu yang membuat Yeol tertawa renyah, ia kemudian duduk disisi sang ibu dan memegang tangannya “Karena ibu adalah yang terbaik, ibu tahu aku menjadi seperti sekarang karenamu.” rajuk Chan Yeol yang hanya disambut senyum sakartis sang Ibu.

“Berhenti merajuk seperti itu.Pergilah sebelum Na Hae menangis dan tak membiarkanmu pergi..” pinta sang Ibu.

“Baiklah, aku berangkat.. Jaga dirimu dan tolong jaga Na Hae..” ujar Chan Yeol tampak sedih harus berpisah lagi dengan Na Hae,

 

“Na Hae putri ayah,ketika kau besar nanti aku berjanji akan mencari pekerjaan lain agar bisa menghabiskan waktu bersama..” ia kemudian mengecup kedua pipi kecil putrinya dan mengecup dahi ibunya sebagai tanda pamit pada sang Ibu.

“Aku pergi..”

 

|`Adorable Love`|

 

Yeol tiba di RS dimana gadis yang mengalami insiden kecil dengannya beberapa waktu lalu, Chae Won yang melihat Yeol kebingungan segera menghampiri lelaki itu. “Jadi siapa yang ingin kau temui, aku atau pasien gadis itu?” tanya Chae won membuat Yeol menanggapi cepat. “Pasien gadis itu, dimana ruang rawatnya?”

 

Chae Won mensungutkan bibirnya dan menatap Chan Yeol sinis. “Tak akan kuberitahu.” Chae Won pura-pura meninggalkan Yeol dengan harapan barang kali lelaki itu akan meraih tangannya namun ekspektasi Chae won selalu diluar harapan.

Chan Yeol memutar matanya,lantas ia tetap berjalan ke meja adminstratif untuk bertanya informasi disana. Sementara Chae won yang menoleh melihat Yeol tak mengikuti langkahnya merasa geram, dan pada akhirnya ia menarik lengan lelaki itu dan Chan Yeol cuman tertawa kecil melihat tingkah Chae won yang kekanak-kanakkan itu.

 

Tak butuh waktu lama untuk tiba dimana gadis itu dirawat, Chae won menggunakan kartu aksesnya untuk masuk kedalam sana, koridornya cukup sepi dan sedikit horror juga karena Chae Won sendiri baru kesini karena divisi yang satu ini bukanlah tempatnya bertugas.

 

“Aku beri waktu 15 menit untuk bicara dengannya. Jika kau tak usai dalam waktu segitu aku tak tanggung jawab, kau tau ini ruang apa?”

 

“Isolasi.”

 

“Ya Tuhan maksudku–ah,tidak..cepat masuk mungkin ia menunggumu..”

|`Adorable Love`|

“Aku akan membantumu, jadi cepatlah pulih dan kita temukan mayat Ki sama-sama.”

 

“Dimana kita dapat memulainya?”

 

“Tergantung keputusanmu bagaimana.”

 

“Lalu,apa kau bisa menungguku di Resto Samgyetang persimpangan Yeouido?”

 

“Baiklah,besok jam 4 sore..”

 

Chan Yeol memutar arah kemudinya dan beralih jalur ke jalan tol, ia tak bisa pergi bersama gadis itu setidaknya tidak untuk sekarang.

 

Bersambung..

 

 

2 pemikiran pada “[3] Adorable Love

Tinggalkan komentar